KESELAMATAN PENERBANGAN
DAN PRINSIP DALAM ISLAM
Ketika
aktivitas manusia dilakukan berlandaskan kebenaran ilmiah maka hipotesisnya
adalah aktivitas itu akan sesuai dengan prinsip-prinsip dalam ajaran agama
Islam. Mengapa? Analisis di bawah ini akan membuktikan hipotesis tersebut.
Analisis terhadap 4 aspek penerbangan yang telah diuraikan di Bagian Pertama
buku ini: ‘Tetralogi dalam Penerbangan’ di Bab I, II, III dan IV di yaitu
Kebenaran Ilmiah, Kepatuhan, Kejujuran dan Hazard.
Analisis 1
Diuraikan di Bab I
‘Kebenaran dalam Penerbangan’ bahwa penerbangan dikelola berlandaskan
kebenaran-kebenaran ilmiah yang dituangkan dalam 19 ICAO Annexes. Kebenaran
ilmiah yang diperoleh melalui Research
and Development pada hakekatnya adalah kebenaran dari Allah SWT, Maha
Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Kebenaran ilmiah adalah
ayat-ayat Allah di alam semesta. Bila kebenaran mutlak diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Rasulullah SAW yang kemudian tertuang dalam Al Qur`an bersifat tetap,
kebenaran ilmiah terus berkembang sampai akhir alam dunia ini, membuka
ayat-ayat Allah SWT di alam semesta. Ketika kebenaran ilmiah itu dituangkan
dalam ICAO Annexes dan berbagai dokumen turunannya dalam bentuk regulasi dan
dilaksanakan oleh insan dan lembaga penerbangan, maka pada hakekatnya aktivitas
penerbangan telah dilakukan berdasarkan ayat-ayat Allah SWT yang tersirat di
alam semesta.
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ
أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ
إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup
menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan.(Ar-rahman 33)
Analisis 2
Ketika ICAO melaksanakan
program USOAP seperti diuraikan dalam Bab II ‘Kepatuhan dalam Penerbangan’ maka
program ICAO ini sungguh sangat Islami. Umat Islam harus mematuhi, melaksanakan
perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya. Bila bandara, maskapai
penerbangan dan navigasi udara dikelola dengan penuh kepatuhan pada ICAO
Annexes beserta dokemen dan circularnya,
maka penerbangan ini telah dikelola secara Islami.
Indonesia, pada tahuan 2007an, dilanda
berbagai kecelakaan pesawat, ketakutan melanda para penumpang pesawat. Sedikit
goncangan karena awan membuat sang istri memegang erat tangan sang suami yang
duduk disampingnya. Namun ketika penumpang itu naik pesawat yang baik dalam
pengelolaan keselamatan penerbangannya, yang telah mematuhi ketentuan-ketentuan
ICAO, tidak terbersit ketakutan dalam diri penumpang meskipun penerbangan
tersebut penerbangan jarak jauh lintas negara. Mengapa? Tidak adanya rasa takut
dalam diri penumpang ini ada landasannya dalam Al Qur’an. Bila kepatuhan itu
dilakukan secara utuh maka, bila kita memakai bahasa Al Qur’an, itu berarti
penyelenggara penerbangan telah ‘istiqomah’. Janji Allah dalam Al Qur’an bagi
yang istqomah adalah ‘laa khaufun alaihim
wa laa hum yahzanun’. Tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa khawatir.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (Al Ahqaf: 13)
Analisis 3
Untuk meningkatkan
keselamatan penerbangan setiap negara harus menerapkan Reporting System, dimana
semua insiden dilaporkan dan dianalisis. Berdasarkan teori, bila 600 insiden
tidak dianalisis akan terjadi 30 kecelakaan ringan, 20 kecelakaan serius dan 1
kecelakaan fatal. Laporan ini memerlukan kejujuran sebagaimana diungkapkan
dalam Bab III Kejujuran dalam Penerbangan. Dari laporan dan analisis insiden
itu diambil pembelajaran untuk memperbaiki pengelolaan keselamatan penerbangan.
Islam sangat jelas sekali mengedepankan kejujuran mengikuti suri teladan siddiq dari Rasulullah SAW. Diriwayatkan oleh Ibn Mas‘ūd bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
عَلَيْكُمْ
بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي
إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا
Maksudnya: “Bersikap
jujurlah kalian, karena kejujuran akan mengantarkan kepada kebajikan, dan
kebajikan akan mengantarkan ke surga. Di saat seseorang selalu jujur dan
menjaga kejujurannya, Allah SWT akan menetapkannya sebagai orang yang jujur.
Janganlah kalian berbohong, karena kebohongan akan mengantarkan kepada
perbuatan dosa, dan perbuatan dosa akan mengantar seseorang masuk neraka. Jika
seseorang selalu berbohong dan membiasakan diri berbohong, Allah SWT akan
menetapkannya sebagai pembohong.”
Analisis 4
Bila penerbangan telah dikelola dengan kepatuhan, baik yang bersifat standar maupun
rekomendasi, masih ada yang harus tetap diwaspadai yaitu hazard yang mengancam keselamatan penerbangan, lihat Bab IV ‘Bahaya
(Hazard) dalam Penerbangan’. Insan
penerbangan, terutama Safety Manager
setiap hari harus selalu dan terus menerus mengidentifikasi hazard dan mengambil tindakan mitigasi. Aktivitas ini juga sangat Islami. Umat Islam diminta
untuk selalu waspada terhadap hazard
yang selalu mengintai perbuatan yang baik, yaitu sikap riya, ujub, takabur,
sombong dan lain lain.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى
كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ
فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ
يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya : Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin
yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka
tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari
apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir. (Al Baqarah : 264).
Analisis 5
Ketika di suatu
negara banyak terjadi kecelakaan maka hipotesisnya adalah penerbangan di negara
tersebut dikelola tanpa kepatuhan terhadap ICAO Annexes. Penerbangan adalah
aktivitas yang dikelola dengan peraturan yang sangat ketat (highly regulated). Ketika peraturan
keselamatan penerbangan tidak dipatuhi adalah bisa diterima akal bila terjadi
kecelakaan pesawat. Tidak patuh terhadap peraturan, bila memakai bahasa Al
Qur’an, berarti menzalimi diri sendiri. Terjadi musibah karena perbuatan tangan
sendiri.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَٰكِنَّ
النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan
tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (Surah Yunus 44)
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu
maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan
sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (Surat Asy-Syura 30)
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ
يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
.....Itulah
hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al Baqarah 229)
Analisis 6
Dengan peraturan yang sangat ketat, dengan Annex terakhir, yaitu Annex 19 Safety Management System,
target ICAO adalah tidak lebih dari satu kecelakaan fatal dari sejuta
penerbangan. Mengapa tidak Zero Accident? ICAO tidak pernah membuat
target Zero Accident karena tidak
mungkin tercapai, karena tidak pernah ada organisasi yang sempurna, tidak
pernah ada sistem yang sempurna. Insan penerbangan, dimana pun, bekerja di
dalam sistem yang tidak sempurna (imperfect
system).
Karena itu insan
penerbangan, ketika hendak melaksanakan tugas mengelola penerbangan, ketika
hendak bepergian dengan pesawat terbang, meskipun telah diatur secara ketat,
harus tetap berdoa, karena pasti ada ketidaksempurnaan di dalam sistem. Hanya
Allah SWT yang Maha Sempurna.
Do’a naik kendaraan:
“Bismillaahi majrahaa wa mursaahaa inna robbii laghofuurur rohiim.”
Maha suci Allah yang memudahkan ini
(kendaraan) bagi kami dan tiada
kami mempersekutukan bagi-Nya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan
kami.
Do’a keluar
rumah:
“Bismillaahi
tawakkaltu alallaahi, laa haulaa walaa quwwata, illaa billaahi.”
Dengan nama
Allah aku bertawakal padaNya, tiada daya dan kekuatan melainkan daya dan
kekuatan Allah.
Semoga
bermanfaat, mohon
maaf bila ada kekeliruan. Wallahu a’lam bishawab. (Jakarta, Ramadhan 2016)
==================
(Tulisan ini merupakan tulisan utuh dan merupakan salah satu bab dari buku penulis yang telah terbit akhir 2016 "KESELAMATAN PENERBANGAN, TEORI DAN PROBLEMATIKA" Edisi kedua, bisa diperoleh di Gramedia. Tulisan KESELAMATAN PENERBANGAN yang pertama di Blog ini adalah versi surat kabar, Republika)