Monday, January 30, 2017

ANALISIS ISLAMI TERHADAP KESELAMATAN PENERBANGAN

KESELAMATAN PENERBANGAN
DAN PRINSIP DALAM ISLAM


Ketika aktivitas manusia dilakukan berlandaskan kebenaran ilmiah maka hipotesisnya adalah aktivitas itu akan sesuai dengan prinsip-prinsip dalam ajaran agama Islam. Mengapa? Analisis di bawah ini akan membuktikan hipotesis tersebut. Analisis terhadap 4 aspek penerbangan yang telah diuraikan di Bagian Pertama buku ini: ‘Tetralogi dalam Penerbangan’ di Bab I, II, III dan IV di yaitu Kebenaran Ilmiah, Kepatuhan, Kejujuran dan Hazard.

Analisis 1
Diuraikan di Bab I ‘Kebenaran dalam Penerbangan’ bahwa penerbangan dikelola berlandaskan kebenaran-kebenaran ilmiah yang dituangkan dalam 19 ICAO Annexes. Kebenaran ilmiah yang diperoleh melalui Research and Development pada hakekatnya adalah kebenaran dari Allah SWT, Maha Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Kebenaran ilmiah adalah ayat-ayat Allah di alam semesta. Bila kebenaran mutlak diwahyukan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW yang kemudian tertuang dalam Al Qur`an bersifat tetap, kebenaran ilmiah terus berkembang sampai akhir alam dunia ini, membuka ayat-ayat Allah SWT di alam semesta. Ketika kebenaran ilmiah itu dituangkan dalam ICAO Annexes dan berbagai dokumen turunannya dalam bentuk regulasi dan dilaksanakan oleh insan dan lembaga penerbangan, maka pada hakekatnya aktivitas penerbangan telah dilakukan berdasarkan ayat-ayat Allah SWT yang tersirat di alam semesta.
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.(Ar-rahman 33)
Analisis 2
Ketika ICAO melaksanakan program USOAP seperti diuraikan dalam Bab II ‘Kepatuhan dalam Penerbangan’ maka program ICAO ini sungguh sangat Islami. Umat Islam harus mematuhi, melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya. Bila bandara, maskapai penerbangan dan navigasi udara dikelola dengan penuh kepatuhan pada ICAO Annexes beserta dokemen dan circularnya, maka penerbangan ini telah dikelola secara Islami.
 Indonesia, pada tahuan 2007an, dilanda berbagai kecelakaan pesawat, ketakutan melanda para penumpang pesawat. Sedikit goncangan karena awan membuat sang istri memegang erat tangan sang suami yang duduk disampingnya. Namun ketika penumpang itu naik pesawat yang baik dalam pengelolaan keselamatan penerbangannya, yang telah mematuhi ketentuan-ketentuan ICAO, tidak terbersit ketakutan dalam diri penumpang meskipun penerbangan tersebut penerbangan jarak jauh lintas negara. Mengapa? Tidak adanya rasa takut dalam diri penumpang ini ada landasannya dalam Al Qur’an. Bila kepatuhan itu dilakukan secara utuh maka, bila kita memakai bahasa Al Qur’an, itu berarti penyelenggara penerbangan telah ‘istiqomah’. Janji Allah dalam Al Qur’an bagi yang istqomah adalah ‘laa khaufun alaihim wa laa hum yahzanun’. Tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa khawatir.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (Al Ahqaf: 13)

Analisis 3
Untuk meningkatkan keselamatan penerbangan setiap negara harus menerapkan Reporting System, dimana semua insiden dilaporkan dan dianalisis. Berdasarkan teori, bila 600 insiden tidak dianalisis akan terjadi 30 kecelakaan ringan, 20 kecelakaan serius dan 1 kecelakaan fatal. Laporan ini memerlukan kejujuran sebagaimana diungkapkan dalam Bab III Kejujuran dalam Penerbangan. Dari laporan dan analisis insiden itu diambil pembelajaran untuk memperbaiki pengelolaan keselamatan penerbangan. Islam sangat jelas sekali mengedepankan kejujuran mengikuti suri teladan siddiq dari Rasulullah SAW. Diriwayatkan oleh Ibn Mas‘ūd bahwa Rasulullah SAW bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Maksudnya: “Bersikap jujurlah kalian, karena kejujuran akan mengantarkan kepada kebajikan, dan kebajikan akan mengantarkan ke surga. Di saat seseorang selalu jujur dan menjaga kejujurannya, Allah SWT akan menetapkannya sebagai orang yang jujur. Janganlah kalian berbohong, karena kebohongan akan mengantarkan kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa akan mengantar seseorang masuk neraka. Jika seseorang selalu berbohong dan membiasakan diri berbohong, Allah SWT akan menetapkannya sebagai pembohong.”

Analisis 4
Bila penerbangan telah dikelola dengan kepatuhan, baik yang bersifat standar maupun rekomendasi, masih ada yang harus tetap diwaspadai yaitu hazard yang mengancam keselamatan penerbangan, lihat Bab IV ‘Bahaya (Hazard) dalam Penerbangan’. Insan penerbangan, terutama Safety Manager setiap hari harus selalu dan terus menerus mengidentifikasi hazard dan mengambil tindakan mitigasi. Aktivitas  ini juga sangat Islami. Umat Islam diminta untuk selalu waspada terhadap hazard yang selalu mengintai perbuatan yang baik, yaitu sikap riya, ujub, takabur, sombong dan lain lain.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (Al Baqarah : 264).

Analisis 5
Ketika di suatu negara banyak terjadi kecelakaan maka hipotesisnya adalah penerbangan di negara tersebut dikelola tanpa kepatuhan terhadap ICAO Annexes. Penerbangan adalah aktivitas yang dikelola dengan peraturan yang sangat ketat (highly regulated). Ketika peraturan keselamatan penerbangan tidak dipatuhi adalah bisa diterima akal bila terjadi kecelakaan pesawat. Tidak patuh terhadap peraturan, bila memakai bahasa Al Qur’an, berarti menzalimi diri sendiri. Terjadi musibah karena perbuatan tangan sendiri.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَٰكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (Surah Yunus 44)

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (Surat Asy-Syura 30)
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
.....Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al Baqarah 229)

Analisis 6
Dengan peraturan yang sangat ketat, dengan Annex terakhir, yaitu Annex 19 Safety Management System, target ICAO adalah tidak lebih dari satu kecelakaan fatal dari sejuta penerbangan. Mengapa tidak Zero Accident? ICAO tidak pernah membuat target Zero Accident karena tidak mungkin tercapai, karena tidak pernah ada organisasi yang sempurna, tidak pernah ada sistem yang sempurna. Insan penerbangan, dimana pun, bekerja di dalam sistem yang tidak sempurna (imperfect system).
Karena itu insan penerbangan, ketika hendak melaksanakan tugas mengelola penerbangan, ketika hendak bepergian dengan pesawat terbang, meskipun telah diatur secara ketat, harus tetap berdoa, karena pasti ada ketidaksempurnaan di dalam sistem. Hanya Allah SWT yang Maha Sempurna.
Do’a naik kendaraan:
Bismillaahi majrahaa wa mursaahaa inna robbii laghofuurur rohiim.”
Maha suci Allah yang memudahkan ini (kendaraan) bagi kami dan tiada kami mempersekutukan bagi-Nya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.
Do’a keluar rumah:
“Bismillaahi tawakkaltu alallaahi, laa haulaa walaa quwwata, illaa billaahi.”
Dengan nama Allah aku bertawakal padaNya, tiada daya dan kekuatan melainkan daya dan kekuatan Allah.

Semoga bermanfaat, mohon maaf bila ada kekeliruan. Wallahu a’lam bishawab. (Jakarta, Ramadhan 2016)

==================

(Tulisan ini merupakan tulisan utuh dan merupakan salah satu bab dari buku penulis yang telah terbit akhir 2016 "KESELAMATAN PENERBANGAN, TEORI DAN PROBLEMATIKA" Edisi kedua, bisa diperoleh di Gramedia. Tulisan KESELAMATAN PENERBANGAN yang pertama di Blog ini adalah versi surat kabar, Republika)

No comments:

Post a Comment